RESENSI: DEESSERT BY ELSA PUSPITA

IMG_20160511_192046

Judul Buku: Déessert

Penulis: Elsa Puspita

Penerbit: Bentang Pustaka

Terbit: 2016

Tebal: 318 hlm

ISBN: 978-602-291-121-0

Available at: bukupedia.com

Hatiku dan hatimu, tahu apa yang dipilihnya.

Bagi sebagian orang, cinta SMA hanyalah salah satu kenangan masa remaja yang mudah saja untuk dilupakan. Namun, bagaimana jika ia kembali hadir di masa kini? Sosoknya yang sekarang jauh berbeda dibandingkan dulu. Ia lebih tampan, lebih berkarisma, dan lebih berpotensi kembali mencuri hati.

Naya begitu kaget melihat Dewa kembali ke Tanah Air, setelah selama delapan tahun sekolah dan bekerja di Australia. Karena campur tangan Lulu, sahabat sekaligus partner bisnis Naya, pria itu kini membantu mengurusi calon resto baru Naya dan Lulu, sebagai pastry chef. Namun, semuanya jadi tidak mudah. Di tengah kesibukan jelang pembukaan Dapoer Ketje, keduanya justru melancarkan aksi perang dingin dengan ego masing-masing.

Suasana makin parang dengan kehadiran Ava, mantan kekasih Dewa yang datang dari Australia. Juga Dipati, mantan Naya yang seorang artis. Perang dingin diantara merekatampaknya akan meledak, memuntahkan segalan ganjalan yang telah tersimpan selama bertahun-tahun. Sesuatu yang menyadarkan mereka bahwa masa lalu itu belum selesai sepenuhnya.

***

“Move on dengan balik ke kota asal sama kayak ngaku move on, tapi balikan sama mantan.” (hlm 6)

Kinara Gayatri Adiharja. Seorang gadis yang biasa dipanggil Naya ini tengah bekerja di Jakarta sebagai seorang presenter acara kuliner di sebuah stasiun televisi. Merantau dari Palembang ke Jakarta setelah lulus dari kuliah. Namun sayangnya, rating acara TV yang di-host oleh Naya kurang baik, sehingga diputuskan untuk berhenti tayang. Dengan keputusan itupun, Naya memutuskan untuk kembali ke Palembang, berkumpul kembali dengan keluarganya.

Sadewa Banyu Sastrawirya. Seorang pemuda yang biasa dipanggil Dewa ini tengah bekerja dan tinggal di Sydney, Australia. Ia bekerja sebagai seorang pastry chef. Memiliki pacar bernama Ava, namun sayangnya mereka harus putus karena suatu hal. Memutuskan untuk kembali ke Palembang setelah masa kontrak kerjanya di Sydney selesai.

Memutuskan pulang berarti harus menyiapkan diri untuk kembali mengingat kenangan apapun yang pernah dialaminya di sini. (hlm 12)

Naya dan Dewa. Seorang sejoli yang sayangnya harus menjalani Long Distances Relationship karena Dewa yang memutuskan ke Sydney untuk memperdalam ilmu memasaknya, sedangkan Naya yang juga memustuskan untuk ke Jakarta. Awalnya hubungan mereka berjalan baik, namun sayangnya, hubungan mereka harus berakhir. Yang menjadi permasalahannya lagi, putusnya hubungan mereka tidak membuat mereka menjadi teman, tetapi justru menjadi musuh. Kepulangan mereka kembali ke Palembang tidak membuat mereka bertemu secara damai, tetapi memunculkan adanya perang dingin, walaupun sebenarnya rasa kangen menguasai hati mereka.

Hubungan yang sedikit-demi sedikit membaik itu, tiba-tiba harus hancur lagi ketika masing-masing mantan kekasih mereka kembali datang. Ava, mantan Dewa datang menemuinya, berharap ada harapan bahwa mereka bisa bersatu kembali. Selain itu, Dipati, seorang artis yang juga mantan Naya datang ke Palembang karena urusan pekerjaan dan untuk menemui Naya.

Bagaimanakah kelanjutan kisah Naya dan Dewa? Akankah mereka kembali bersatu dan bahagia? Atau mereka memutuskan untuk mengakhiri kisah cinta mereka dan mulai merakit hidup baru?

***

“OH MY GOD! Mau dong punya cowok kayak Dewa!”

Yup, itulah pemikiran pertamaku ketika aku selesai membaca buku ini. Aku terlalu jatuh cinta sama Dewa, sehingga sulit sekali tidak mengucapkan kalimat tersebut, walaupun aku tahu kalau Dewa hanya milik Naya seorang 😀

Déessert merupakan salah satu buku dari seri Yummy-Lit terbitan Bentang Pustaka. Aku tertarik sekali membaca buku ini ketika melihat ada tema masak-memasaknya. Aku suka dengan memasak, tapi sayangnya rasa sukaku tidak diiringi dengan adanya bakat. Jadi aku senang sekali rasanya menikmati sebuah buku dengan tema masakan, atau kadang aku juga suka membaca buku resep sambil membayangkan cara memasaknya XD

Aku suka sekali dengan cerita yang disampaikan dalam buku ini. Suka sekali dengan cara penulis menggambarkan setiap cerita. Apalagi waktu scene masak-memasak. Penggambaran tentang makanan-makanannya sangat baik, membuat aku ikut membayangkannya sehingga jadi penasaran untuk mencicipinya. Apalagi masakan yang dibuat oleh Dewa dan Arfan, benar-benar mengundang selera sekali. So yummy!

Tidak perlu memandang fisik, laki-laki tetap saja laki-laki. Isi kepala dan logika mereka sama saja. Ujung-ujungnya mereka tetap bisa memutuskan pergi tanpa merasa harus repot memberikan penjelasan. Benar-benar menyebalkan. (hlm 57)

Ohya, aku juga suka bagian ketika Naya dan Lulu akan membangun bisnis restonya. Mulai dari perancangan, perekrutan karyawan, pemilihan menu, semuanya sangat aku nikmati. Terasa sekali prosesnya. Kemudian hal lain yang aku suka, selain penulis bisa menggambarkan setiap makanan dengan sangat enak sehingga sukses mempengaruhiku juga, aku juga suka dengan cara penggambaran tentang Dapoer Ketje, usaha resto Naya dengan sahabatnya, Lulu. Aku sampai bisa ikut membayangkan bagaimana kondisi resto itu dari penggambaran yang dijabarkan. Ahh, benar-benar sangat baik penggambaran penulis ini!

Lewat buku ini juga aku serasa sedang wisata kuliner di Palembang. Yup, setting tempat dalam buku ini adalah Palembang. Cukup banyak scene yang menunjukkan makanan-makanan enak di Palembang yang terasa yummy sekali. Boleh nih menjadi masukan kuliner jika suatu waktu aku berkunjung ke Palembang 🙂 Mulai dai Martabak Har, Mie Celor, Otak-otak, semuanya terkesan uenaaaaak tenan XD

“Kalau pintar milih, makanan pinggir jalan kadang lebih enak daripada restoran. Apalagi makanan-makanan yang emang banyak dijual di oinggiran. Begitu masuk restoran, entah gimana rasanya pasti berubah. Mungkin lebih bersih, tapi nggak seenak ini.” (hlm 165)

Selain itu, Mbak Elsa ini pintar sekali menggambarkan sifat setiap tokoh. Dewa digambarkan sebagai tokoh yang pendiam, yaah diam-diam menghanyutkan 😀 Selain Dewa, aku juga suka sekali dengan Kak Damar. Sosok kakak laki-laki pelindung keluarga banget! Walaupun terkesan protektif dengan adiknya, tapi Kak Damar ini sebenarnya perhatian. Duuhhh seneng banget nih kalau punya kakak kayak dia 🙂 Selain itu Lulu, sahabat Naya juga salah satu hal yang bikin aku ngiri dengan Naya. Lulu merupakan sahabat yang selalu ada untuk Naya. Begitupun Naya yang juga selalu ada untuk Lulu. Persahabatan mereka tetap terjalin meski ada masalah antara Naya dengan Dewa, adiknya. Suka banget dengan persahabatan mereka ini.

“Nikahi perempuan yang menurut kamu pantas buat kamu sayangi, lindungi, dan hormati, seumur hidup kamu. Nikahi dia karena kamu mau, bukan karena harus.” (hlm 224)

Kemudian tentang judulnya, Déessert. Awalnya, saat membaca judul ini aku sama sekali nggak ngeh loh kalau Déessert yang ditulis sebagai judul ini, tidak sama dengan Dessert dalam bahasa inggris. Aku baru sadar ketika membaca suatu hal yang menyinggung judul ini, ketika itu aku baru sadar ternyata Déessert berbeda dengan Dessert. Dan, aku juga baru tau arti judulnya ketika menyentuh bagian itu. Saat membaca judulnya dengan Dessert, aku kira buku ini akan membahas tentang menu-menu dessert, tapi ternyata aku salah baca judul -_- Mengecoh sekali judul ini hehehe….

“Satu hubungan itu harus berjalan dua arah, Dek. Nggak bisa cuma kamu, atau cuma dia. Harus dua-duanya. Kamu nggak bisa ngarepin dia paham gitu aja. Kalian itu udah jauhan, harusnya jangan macet komunikasi.” (hlm 243)

Aku juga dibuat sedikit bingung dengan setting waktu dalam buku ini. Yaitu dimana pada Opening ditulis bahwa setting waktunya ada di tahun 2004 di Palembang, dan di tahun ini Naya, Lulu, dan Dewa masih SMA. Tapi kemudian, memasuki 1st Table, setting waktu tetap di tahun 2004, namun pindah ke Jakarta dan Naya sudah bekerja. Hmm, aku yang salah mengerti apa bagaimana ya? Koreksi aku jika aku salah ya guys! 🙂

Tidak ada rasa sakit atas kehilangan yang akan sembuh secepat kilat. (hlm 262)

But overall, aku benar-benar jatuh cinta dengan buku ini. Baguuuuuus banget menurutku. Apalagi dilengkapi dengan hadirnya Dewa, duuuuh makin bagus lah buku ini. Kisah Naya-Dewa ini sweeet sekali. Bagian yang paling aku nikmati selain tentang masak-memasaknya. Recommended banget nih buat kalian yang ingin menikmati kisah cinta sambil mencicipi yummynya makanan-makanan sebagai pelengkap kisah cinta tokohnya 🙂 Benar-benar tepat buku ini masuk kedalam seri YummyLit. Benar-benar yummy sih! XD Ohya, sehabis membaca buku ini aku jadi kepengen cicipin pumpkin sponge cake deh. Mau dong Dewa dibuatin hehehe…..

5 bintang untuk Dapoer Ketje ini!

 

Regards,

Twins J

2 thoughts on “RESENSI: DEESSERT BY ELSA PUSPITA

  1. Hai, makasih banyak buat resensi manisnya 🙂
    sekalian mau nanggepin yg masalah tahun. itu yg 1st table harusnya 2014. tapi terjadi salah ketik pas proses proof, jadi ketulis 2004. maaf ya… >.<

    sekali lagi terima kasih udah baca Deessert dan menyempatkan buat nulis resensi semanis ini :))

    Like

    • Ohhh begituu, aku kira aku salah mengerti waktu bacanya, Mbak. Hehehe…. Sama-sama, Mbak. Makasih juga udah menyempatkan baca resensiku 🙂

      Like

Leave a comment