RESENSI: HALO, TIFA BY AYU WELIRANG

 

1461890679621

Judul Buku: Halo, Tifa

Penulis: Ayu Welirang

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Februari, 2016

Harga: Rp 57.000

Tebal: 256 hlm

Cover: Softcover

ISBN: 978-602-03-2510-1

Available at: bukupedia.com

SMK Pratama Putra selalu didominasi murid laki-laki. Tak heran bila ditingkat akhir, Terra dan teman-temannya masih sibuk tawuran. Hingga suatu hari cewek mungil bernama Tifa datang sebagai siswi pindahan.

Dengan sikapnya yang supel Tifa menghidupkan kembali OSIS dan ekstrakurikuler yang selama ini tidak berjalan. Keadaan baru itu membuat Terra gerah dan mulai mencari tahu siapa Tifa sebenarnya. Terutama sejak dua teman Terra melihat cewek itu disebuah bar bersama seorang pria dewasa.

Di saat bersamaan, seorang alumnus STM Tunas Bangsa mulai merencanakan adu domba antara STM tersebut dengan SMK Pratama Putra. Apa yang harus dilakukan Terra dan teman-temannya?

***

Tivani Kamalia atau yang akrab dipanggil Tifa adalah seorang siswi baru di SMK Pratama Putra yang mayoritas berisikan murid laki-laki. Sejak awal masuk sebagai murid baru, Tifa sudah berbeda. Pertama, ia tidak ingin digabungkan dengan kelas khusus, ia ingin bergabung di kelas normal. Kedua, biasanya murid pindahan di sekolah ini tidak diantar langsung oleh Kepala Sekolah ke kelasnya, tetapi lain halnya dengan Tifa.

Terra, salah satu murid SMK Pratama Putra bersama teman-temannya saat ini sedang menginjak tahap akhir di sekolah. Mereka sudah kelas 3, tapi berbeda dengan sekolah lainnya, Terra dan teman-temannya masih sering tawuran dan kurang fokus dengan pelajaran mereka. Sampai suatu saat kepala sekolah memutuskan adanya perubahan terhadap sistem di sekolah.

Dengan hadirnya Tifa yang supel dan dapat dengan mudah dekat dengan siapapun, suasana di sekolah sedikit demi sedikit mulai berubah. Tifa dengan mudah berteman dan dekat dengan Bram serta teman-teman Terra yang lain. Kesan sekolah memang terasa di SMK Pratama Putra, tetapi jika lebih melihat kedalam, isi sekolah ini seperti kegiatan ekstrakulikuler dan OSIS, semuanya “mati”. Perlahan tapi pasti, bersama Bram, Tifa kembali menghidupkan kegiatan sekolah yang sudah mati tersebut. Selain kegiatan ini, mengingat para murid kelas 3 juga sudah harus fokus dengan pelajarannya menjelang ujian nasional, Tifa mengadakan kegiatan-kegiatan belajar bersama.

Dilain hal, SMK Pratama dengan STM Tunas Bangsa terkenal dengan perkelahiannya yang sudah terjadi sejak dulu, entah apa yang menjadi penyebabnya, yang mereka tahu, bahwa sekolah mereka ditakdirkan untuk saling serang dan hantam. Namun, tawuran yang sering terjadi itu, disadari Ody, pimpinan STM Tunas Bangsa tidaklah akan selesai apabila diantara mereka tidak ada yang mengalah. Ody ingin memberhentikan tawuran ini, tapi munculnya seorang alumnus STM yang terdahulu, membuat parah keadaan. Apa yang selanjutnya akan terjadi dengan Tifa, Terra, dan SMK Pratama Putra? Bagaimana kelanjutan hubungan sekolah ini dengan STM Tunas Bangsa? Dan, siapakah alumnus itu sebenarnya?

***

“Kadang orang yang merasa dirinya paling kuat harus dikalahkan dulu untuk paham masih banyak orang yang lebih hebat. Dengan begitu, dia nggak merasa paling hebat atau ngerasa bisa berjalan sendirian terus.” (hlm 177)

Halo, Tifa adalah sebuah novel karya Ayu Welirang yang lahir dari Gramedia Writting Project (GWP). Awal mula yang membuat saya tertarik membaca buku ini adalah blurb nya. Blurb yang menceritakan tentang kenakalan remaja, yakni tawuran, langsung mencuri perhatian saya.

Saya sangat menyukai cerita yang disampaikan dalam buku ini. Simple, namun penuh makna. Inti dari buku ini adalah ingin menggambarkan pencarian jati diri sebenarnya dari seorang siswa yang akan lulus dari kelas 3, apalagi siswa ini bukanlah siswa biasa, yang artinya mereka memang datang sekolah untuk mencari ilmu, kemudian lulus, dan melanjutkan kuliah untuk mencapai sesuatu yang lebih gemilang di luar sana. Namun, di SMK Pratama Putra, sekolah yang menjadi latar dalam buku ini bukanlah sekolah “normal”, artinya murid-murid sekolah ini gemar tawuran. Mereka jarang mengikuti pelajaran dengan serius, walaupun sebenarnya mereka bisa dan pintar.

Tokoh-tokoh yang disampaikan dalam buku ini memilki karakter yang unik, dan saya sangat menyukai setiap karakter yang disampaikan. Terutama Tifa dan Terra.

“Jadi orang hebat, penting, dan signifikan itu memang melenakan, apalagi kalau tujuannya dikenang orang banyak, atau orang di seluruh dunia. Tapi, jadi orang biasa-biasa aja yang menolong orang banyak tanpa pamrih, tanpa memikirkan bakal dapat balasan apa, itu lebih baik. Seenggaknya, dengan hal itu, kamu pasti bakal berusaha lebih keras, karena tujuan kamu ya menolong orang.” (hlm 148)

Sejak awal, yang menarik saya untuk terus mengikuti buku ini sampai habis adalah untuk mencari tahu siapa Tifa sebenarnya. Ketika membacanya, saya sudah menebak jika Tifa berbeda dari murid lainnya. Namun, penulis tidak menyampaikan itu secara to the point tetapi justru mengajak kita untuk menebaknya sambil terus menikmati kisahnya. Saya suka dengan sifat Tifa yang supel. Saya pribadi jika diposisikan sebagai murid baru, tidak akan dengan mudah berbuat seperti yang Tifa lakukan. Maka itu, saya sangat menyukai sifat Tifa yang mudah berbaur dengan suasana baru.

Selain itu, sifat Terra yang peduli dan setia kawan juga sangat menarik. Dibalik sikapnya yang masa bodoh, ternyata dia sangat peduli dan setia kepada teman-temannya. Dan lagi, ternyata Terra itu sangat pintar! Hehehe…

Berbeda dengan buku-buku yang lain, buku ini lebih menitik beratkan ke pencarian jati diri dari murid SMK Pratama Putra, yaitu bagaimana mengubah murid kelas 3 yang biasanya tawuran, menjadi murid yang baik dan memikirkan masa depannya. Bagaimana mengubah remaja yang mungkin “tidak ada artinya”, menjadi berarti. Di buku ini pun, sangat sedikit dijumpai kisah romance nya. Ada sih, tapi hanya sedikit. Walaupun begitu sama sekali tidak mengganggu dan justru, tepat pilihan penulis dengan tidak terlalu mengumbar kisah romance, karena menurut saya proporsi antara romance dan kisah kehidupannya sudah tepat.

Overall, buku ini benar-benar sangat baik untuk dinikmati. Melalui buku ini, banyak sekali pelajaran yang di dapat. Terutama, hidup itu bukan cuma pakai otot, tapi juga otak. Harus ada proporsi yang pas antara otot dan otak, jangan sampai berat sebelah.

3.5 bintang untuk kisah ini!

“Bagi kita, remaja adalah penerus bangsa. Oleh karena itu, kehadirannya perlu disiasati dan diperhatikan, agar kelak bangsa ini dipegang oleh calon pemimpin yang baik, benar, dan tentunya amanah.” (hlm 145)

 

Regrads,

Twins J

2 thoughts on “RESENSI: HALO, TIFA BY AYU WELIRANG

Leave a comment